..balikpapan..

..balikpapan..
..so beautiful..

Sabtu, 02 Juni 2012

..i know..by..schwars diamand..3.11.5

..dkesunyian,aq bjalan..mencoba tetap bdiri dlm sepi..
..dkesunyian,aq sepi..mcoba tegar bdiri dlm hdp..
..dkesunyian,aq hdp..mcoba tegak bdiri dlm lelah..
..dkesunyian,aq lelah..mcoba trus bdiri mnunggu..
..dkesunyian,aq mnunggu..mcoba trus bdiri mcari..
..dkesunyian,aq mcari..mcoba trus bdiri mnunggu jawabn..
..dkesunyian,aq temukan..mcoba terus bdiri n tsadar..
..dkesunyian,aq sadar..dlm sepi aq hdp klelahn mnunggu n mcari jawabn..
..dkesunyian q dptkan jawabn..aq tak pernah sendiri..
..dkesunyian aq tw..I KNOW,GOD NEVER LEAVE ME ALONE..


..IBU..MENGAPA IBU MENANGIS??..


Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?".
Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak".
"Aku tak mengerti" kata si anak lagi.
Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."


Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?"
Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.


Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.


Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan."Ya Tuhan, mengapa wanita mudah sekali menangis?"


Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,
"Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, danmengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.
Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan enjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?
Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.

Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkanperasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan.
Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan".


Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup

..PANGKALIMA BURUNG..cerita dayak

Dalam masyarakat Dayak, dipercaya ada ada suatu makhluk yang disebut-sebut sangat agung, sakti, ksatria, dan berwibawa. Sosok tersebut konon menghuni gunung di pedalaman Kalimantan, bersinggungan dengan alam gaib. Pemimpin spiritual, panglima perang, guru, dan tetua yang diagungkan. Ialah pangkalima perang Dayak, Pangkalima Burung, yang disebut Pangkalima oleh orang Dayak pedalaman. Ada banyak sekali versi cerita mengenai sosok ini, terutama setelah namanya mencuat saat kerusuhan Sambas dan Sampit.
Ada yang menyebutkan ia telah hidup selama beratus-ratus tahun dan tinggal di perbatasan antara Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Ada pula kabar tentang Pangkalima Burung yang berwujud gaib dan bisa berbentuk laki-laki atau perempuan tergantung situasi. Juga mengenai sosok Pangkalima Burung yang merupakan tokoh masyarakat Dayak yang telah tiada, namun dapat rohnya dapat diajak berkomunikasi lewat suatu ritual. Hingga cerita yang menyebutkan ia adalah penjelmaan dari Burung Enggang, burung yang dianggap keramat dan suci di Kalimantan.
panglima burung
Selain banyaknya versi cerita, di penjuru Kalimantan juga ada banyak orang yang mengaku sebagai Pangkalima Burung, entah di Tarakan, Sampit, atau pun Pontianak. Namun setiap pengakuan itu hanya diyakini dengan tiga cara yang berbeda; ada yang percaya, ada yang tidak percaya, dan ada yang ragu-ragu. Belum ada bukti otentik yang memastikan salah satunya adalah benar-benar Pangkalima Burung yang sejati.
Banyak sekali isu dan cerita yang beredar, namun ada satu versi yang menurut saya sangat pas menggambarkan apa dan siapa itu Pengkalima Burung. Ia adalah sosok yang menggambarkan orang Dayak secara umum. Pangkalima Burung adalah perlambang orang Dayak. Baik itu sifatnya, tindak-tanduknya, dan segala sesuatu tentang dirinya.
Lalu bagaimanakah seorang Pangkalima Burung itu, bagaimana ia bisa melambangkan orang Dayak? Selain sakti dan kebal, Pangkalima Burung juga adalah sosok yang kalem, tenang, penyabar, dan tidak suka membuat keonaran. Ini sesuai dengan tipikal orang Dayak yang juga ramah dan penyabar, bahkan kadang pemalu. Cukup sulit untuk membujuk orang Dayak pedalaman agar mau difoto, kadang harus menyuguhkan imbalan berupa rokok kretek.
Dan kenyataan di lapangan membuyarkan semua stereotipe terhadap orang Dayak sebagai orang yang kejam, ganas, dan beringas. Dalam kehidupan bermasyarakat, orang Dayak bisa dibilang cukup pemalu, tetap menerima para pendatang dengan baik-baik, dan senantiasa menjaga keutuhan warisan nenek moyang baik religi maupun ritual. Seperti Pengkalima Burung yang bersabar dan tetap tenang mendiami pedalaman, masyarakat Dayak pun banyak yang mengalah ketika penebang kayu dan penambang emas memasuki daerah mereka. Meskipun tetap kukuh memegang ajaran leluhur, tak pernah ada konflik ketika ada anggota masyarakatnya yang beralih ke agama-agama yang dibawa oleh para pendatang. Riuh rendah tak berubah menjadi ketegangan di ruang yang lingkup–yang oleh orang Dayak Ngaju disebut Danum Kaharingan Belum.
Kesederhanaan pun identik dengan sosok Pangkalima Burung. Walaupun sosok yang diagungkan, ia tidak bertempat tinggal di istana atau bangunan yang mewah. Ia bersembunyi dan bertapa di gunung dan menyatu dengan alam. Masyarakat Dayak pedalaman pun tidak pernah peduli dengan nilai nominal uang. Para pendatang bisa dengan mudah berbarter barang seperti kopi, garam, atau rokok dengan mereka.
Pangkalima Burung diceritakan jarang menampakkan dirinya, karena sifatnya yang tidak suka pamer kekuatan. Begitupun orang Dayak, yang tidak sembarangan masuk ke kota sambil membawa mandau, sumpit, atau panah. Senjata-senjata tersebut pada umumnya digunakan untuk berburu di hutan, dan mandau tidak dilepaskan dari kumpang (sarung) jika tak ada perihal yang penting atau mendesak.
Lantas di manakah budaya kekerasan dan keberingasan orang Dayak yang santer dibicarakan dan ditakuti itu? Ada satu perkara Pangkalima Burung turun gunung, yaitu ketika setelah terus-menerus bersabar dan kesabarannya itu habis. Pangkalima burung memang sosok yang sangat penyabar, namun jika batas kesabaran sudah melewati batas, perkara akan menjadi lain. Ia akan berubah menjadi seorang pemurka. Ini benar-benar menjadi penggambaran sempurna mengenai orang Dayak yang ramah, pemalu, dan penyabar, namun akan berubah menjadi sangat ganas dan kejam jika sudah kesabarannya sudah habis.
Pangkalima Burung yang murka akan segera turun gunung dan mengumpulkan pasukannya. Ritual–yang di Kalimankan Barat dinamakan Mangkuk Merah–dilakukan untuk mengumpulkan prajurit Dayak dari saentero Kalimantan. Tarian-tarian perang bersahut-sahutan, mandau melekat erat di pinggang. Mereka yang tadinya orang-orang yang sangat baik akan terlihat menyeramkan. Senyum di wajahnya menghilang, digantikan tatapan mata ganas yang seperti terhipnotis. Mereka siap berperang, mengayau–memenggal dan membawa kepala musuh. Inilah yang terjadi di kota Sampit beberapa tahun silam, ketika pemenggalan kepala terjadi di mana-mana hampir di tiap sudut kota.
Meskipun kejam dan beringas dalam keadaan marah, Pengkalima Burung sebagaimana halnya orang Dayak tetap berpegang teguh pada norma dan aturan yang mereka yakini. Antara lain tidak mengotori kesucian tempat ibadah–agama manapun–dengan merusaknya atau membunuh di dalamnya. Karena kekerasan dalam masyarakat Dayak ditempatkan sebagai opsi terakhir, saat kesabaran sudah habis dan jalan damai tak bisa lagi ditempuh, itu dalam sudut pandang mereka. Pembunuhan, dan kegiatan mengayau, dalam hati kecil mereka itu tak boleh dilakukan, tetapi karena didesak ke pilihan terakhir dan untuk mengubah apa yang menurut mereka salah, itu memang harus dilakukan. Inilah budaya kekerasan yang sebenarnya patut ditakuti itu.
Kemisteriusan memang sangat identik dengan orang Dayak. Stereotipe ganas dan kejam pun masih melekat. Memang tidak semuanya baik, karena ada banyak juga kekurangannya dan kesalahannya. Terlebih lagi kekerasan, yang apapun bentuk dan alasannya–entah itu balas dendam, ekonomi, kesenjangan sosial, dan lain-lain–tetap saja tidak dapat dibenarkan. Mata dibalas mata hanya akan berujung pada kebutaan bagi semuanya. Terlepas dari segala macam legenda dan mitos, atau nyata tidaknya tokoh tersebut, Pangkalima Burung bagi saya merupakan sosok perlambang sejati orang Dayak. Sumber : http://gunawanrudy.com

ANGGREK HITAM CAGAR ALAM PADANG LUWAY


Siapa yang tak mengenal anggrek hitam (Coelogyne pandurata)?Keelokannya telah tersohor ke seantero Indonesia bahkan dunia. Flora ini merupakan spesies asli Kalimantan. Salah satu habitatnya berada di Cagar Alam Padang Luway yang secara administrasi terletak di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sekolaq Darat, Kecamatan Melak dan Kecamatan Damai,Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Padang Luway merupakan kawasan hutan kerangas, yang tanahnya berupa kersik (pasir) yang berwarna putih. Tumbuhan yang ada di kawasan ini didominasi oleh jenis Medang (Dehasia sp), Way (Euginia sp), Karet (Havea sp), Pelawan (Tristania obovata) dan Pelaga (Schima wallichii). Selain itu di kawasan ini juga dijumpai tumbuhan berkhasiat obat yang terkenal yaitu pasak bumi (Eurycoma longifolia). Satwa yang ada di kawasan ini antara lain babi hutan, warik, rusa, kijang, biawak dan beberapa jenis burung seperti rangkong, punai, parkit, pergam dan gagak.
Padang Luway ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Alam melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 792/Kpts/Um/10/1982 tanggal 29 Oktober 1982 tentang Pengukuhan Perluasan Cagar Alam Padang Luway dari 1.000 Hektar menjadi 5.000 Hektar. Berdasarkan hasil rekonstruksi batas Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV pada tahun 2006 lalu, luasnya sebesar 4.896,35 Ha. Pengelolaannya berada pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur (Anonim, 2009).
Anggrek hitam sangat mudah dijumpai di kawasan Cagar Alam Padang Luway yang merupakan habitat asli jenis flora tersebut. Sebagai tumbuhan epifit, anggrek hitam hidup menempel pada batang kayu atau pohon, disamping beberapa diantaranya tumbuh di lantai hutan pada batang kayu yang telah rebah.
Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata)
Anggrek Hitam memiliki nama ilmiah Coelogyne pandurata. Tumbuhan ini hidup bergerombol membentuk rumpun. Bagian pangkalnya memiliki umbi yang berbentuk bulat telur agak pipih, dengan dua helai daun elips yang menjulang ke atas. Kebanyakan orang mengira bahwa bunga anggrek hitam berwarna hitam secara keseluruhan. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Bunga anggrek hitam berbentuk tangkai dengan jumlah kuntum bunga antara 5-10 kuntum per tangkai. Warna bunganya didominasi oleh warna hijau kekuningan pada bagian kelopak dan mahkotanya, sedang bagian bibir bunga berwarna hitam dimana bagian dalam terdapat bintik-bintik warna hitam dengan kombinasi garis-garis hitam. Keindahannya bisa dinikmatai saat musim berbunga tiba.
Musim berbunga Anggrek Hitam biasanya terjadi pada akhir tahun antara bulan Oktober sampai Desember. Ketika musim bunga, terdapat ratusan kuntum bunga yang bisa kita temui di sana. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, anggrek hitam memiliki daya mistis. Masyarakat Dayak sangat menghormati anggrek hitam, mencurinya berarti merupakan pelanggaran terhadap hukum adat yang sulit terampuni.
Selain anggrek hitam, di dalam kawasan ini juga dapat dijumpai beberapa jenis anggrek lain seperti anggrek tebu (Gramatophyllum speciosum), anggrek merpati (Dendrobium cruminatum), anggrek merpati tanah (Bromheadia finlaysoniana) dan beberapa jenis anggrek lainnya. Selain itu dijumpai pula tumbuhan karnivora jenis kantong semar (Nepenthes sp).
Seiring dengan perkembangan waktu, keberadaan anggrek hitam di Cagar Alam Padang Luway kian terancam. Kebakaran hutan yang terjadi hampir sepanjang tahun merupakan ancaman serius akan keberadaannya. Kebakaran hebat beberapa tahun lalu sempat memporakporandakan kawasan ini dan sekarang menyisakan lahan kosong yang telah ditumbuhi semak belukar.  Sebaran anggrek hitam di kawasan Cagar Alam Padang Luway saat ini hanya tersisa ± 45 Ha dari luas total kawasan sebesar 5000 Ha, yaitu yang terdapat di Kersik Luway. Sisanya berupa semak belukar, padang ilalang, areal terbuka dan perkebunan karet milik masyarakat setempat.
Aktivitas masyarakat setempat juga turut memberikan dampak negatif kepada kawasan ini. Di dalam kawasan Cagar Alam, dengan mudah dapat dijumpai perkebunan karet milik masyarakat. Sungguh ironis memang, kawasan yang seharusnya dijaga keasliannya justru digunakan sebagai tempat bercocok tanam. Selain itu ditemukan pula pemukiman penduduk.
Selain ancaman kebakaran dan perambahan, adanya kebijakan Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Barat dengan memfungsikannya kawasan Cagar Alam Padang Luway sebagai tempat wisata semakin menambah peliknya permasalahan di kawasan ini. Padahal jika dilihat statusnya yang merupakan Cagar Alam, seharusnya kegiatan yang diijinkan hanyalah untuk kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan lain yang menunjang budidaya. Pencurian, sampah dan terganggunya habitat merupakan beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan wisata.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan Balai KSDA Kalimantan Timurtahun 2008, sampai saat ini di kawasan ini telah berdiri beberapa bangunan pendukung kegiatan pariwisata seperti: pusat informasi wisata bagi pengunjung (information center), sarana untuk berjualan makanan (gerobak/display untuk menaruh dagangan) dan portal masuk ke kawasan Cagar Alam. Belum lagi adanya pembangunan jalan pengangkut Batubara PT. Trubaindo yang lokasinya sangat dekat dengan batas Cagar Alam Padang Luway. Dikawatirkan jalan tersebut akan bertambah lebar dan semakin mengancam keberadaan Cagar Alam Padang Luway (Anonim, 2008).
Balai Konservasi Sumber Daya Alam sebagai institusi yang mengelola kawasan ini telah, sedang dan akan melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menjaga eksistensi kawasan ini. Dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki, Balai KSDA Kaltim telah melakukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan diantaranya, melakukan komunikasi dan sosialisasi dengan Dinas Pariwisata Kutai Barat dalam rangka menghentikan kegiatan wisata di Cagar Alam, menurunkan tingkat perambahan kawasan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan, pembentukan kader konservasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan untuk meningkatkan kepedulian terhadap kawasan konservasi, perlindungan kawasan melalui kegiatan penjagaan kawasan dan pembentukan posko pemadam kebakaran yang bekerja sama dengan masyarakat dan instansi terkait.
Kegiatan yang sedang dilakukan diantaranya seperti operasi fungsional kawasan, patroli rutin kawasan, pengamanan rutin kawasan, operasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran, sosialisasi penngendalian kebakaran hutan dan lahan melalui rapat koordinasi dan pembagian poster. Pada tahun 2010 Balai KSDA Kaltim berencana membangun gedung kantor Daerah Operasi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (DaOps Dalkarhut), seperti yang telah dilakukan di Kabupaten Paser. Diharapkan dengan berdirinya kantor DAOPS Dalkarhut di Kabupaten Kutai Barat, permasalahan yang terkait dengan kebakaran hutan bisa segera teratasi.
Dengan banyaknya permasalahan yang terjadi di kawasan Cagar Alam Padang Luway semoga tidak malah menciutkan nyali kita dalam upaya menjaga kelestarian Cagar Alam Padang   kontribusi dalam menjaga kelestarian anggrek hitam khususnya dan spesies lain yang menggantungkan hidupnya pada Cagar Alam Padang Luway. Semoga.
sumber Balai KSDA Kalimantan Timur